gojek |
Dibalik kesuksesan yang diraih oleh gojek, ternyata hal tersebut menimbulkan beberapa permasalahan yang cukup serius. Masalah tersebut tidak timbul dari pihak pengelola gojek maupun pengemudi atau driver gojek, namun masalah tersebut lebih banyak disebabkan oleh adanya gesekan "kepentingan" dengan tukang ojek pangkalan atau ojek konvensional.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini tukang ojek pangkalan bisa dapat dikatakan kalah saing oleh gojek, meskipun adanya gojek sendiri tidak dimaksudkan untuk menyaingi atau "menyerobot" lahan tukang ojek pangkalan. Karena gojek sendiri sebenarnya menawarkan kerjasama dengan tukang ojek pangkalan atau dengan kata lain pihak gojek ingin bermitra dengan tukang ojek pangkalan.
Saat ini pertanyaannya adalah kenapa tukang ojek pangkalan tidak mau bergabung dengan gojek ?. Dari informasi yang diperoleh dari pengemudi gojek yang juga mantan tukang ojek konvensional didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tukang ojek pangkalan biasanya berbasis komunitas dimana rasa persaudaraannya cukup kental dan ada pandangan bahwa jika anggotanya gabung ke gojek hal tersebut merupakan "pengkhianatan" terhadap komunitas ojek pangkalan dimana dia biasanya bergabung. Pada dasarnya banyak tukang ojek pangkalan yang ingin bergabung dengan gojek karena melihat dengan gabung gojek dia bisa mendapatkan pendapatan yang jauh lebih banyak, namun biasanya niat tersebut diurungkan karena takut dengan adanya ancaman, maupun tidak diterimanya tukang ojek tersebut pada komunitasnya.
2. Banyak tukang ojek konvensional yang tidak mau move on alias ingin menjalankan bisnis seperti biasanya (business as usual). Mungkin karena mereka telah berada pada zona nyaman atau comfort zone mereka. Tukang ojek konvensional bisa dibilang cukup santai, tanpa perlu aktif / jemput bola seperti yang dilakukan pengemudi gojek, mereka cukup mangkal ditempat-tempat strategis dan tinggal menunggu calon penumpang yang mau menggunakan jasanya.
3. Tidak mau mempelajari teknologi. Ya, di era teknologi informasi saat ini hampir seluruh aspek kehidupan telah tersentuh oleh kemajuan teknologi. Tidak terkecuali pada gojek. Sayangnya sebagian tukang ojek konvensional masih beranggapan bahwa penggunaan smartphone adalah suatu hal yang rumit, sulit, dan berbelit sehingga mereka tidak mau mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut tentunya menjadi kendala ketika tukang ojek tersebut ingin bergabung dengan gojek. Karena pengemudi gojek harus familiar dengan penggunaan smartphone dalam menunjang operasional sehari-hari, seperti mencari penumpang, mengecek saldo, dan berkomunikasi dengan penumpang.
4. Keberatan dengan sistem bagi hasil yang ditawarkan oleh gojek. Setiap transaksi pengemudi gojek akan ditarik fee oleh pihak gojek sebesar 20%. Angka tersebut sebenarnya bukan angka yang besar jika melihat kemudahan dan keuntungan jika menjadi pengemudi gojek. Dari hasil pengakuan seorang pengemudi gojek yang dulunya pernah lama menjadi ojek pangkalan, pendapatannya saat ini dengan bergabung dengan gojek meningkat tajam, jika rajin dalam sebulan bisa mendapatkan penghasilan diatas 5 juta rupiah dan dia tidak mempermasalahkan fee sebesar 20% karena penghasilan yang diperolehnya kini jauh lebih besar. Diapun berujar, penghasilannya dulu saat menjadi tukang ojek konvensional tidak signifikan karena banyak waktu yang terbuang untuk menunggu penumpang maupun menunggu antrian tukang ojek lain yang sudah duluan mangkal.
Mungkin saat ini saat yang tepat untuk para tukang ojek konvensional mulai membuka diri untuk bergabung dengan gojek maupun ojek online lainnya yang mulai menjamur akhir-akhir ini seperti grabbike hingga bluejek. Karena mau tidak mau, suka tidak suka dunia ini akan selalu mengikuti perkembangan zaman (teknologi) sehingga siapapun yang tidak siap untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi maka akan semakin tertinggal :)